Widgetized Footer

Monday 11 March 2013

Indonesia Kini Punya Tempe Berstandar International





Untuk mengangkat derajat tempe sebagai makanan asli Indonesia, untuk pertama kalinya di Indonesia dikembangkan tempe berstandar internasional. Rumah Tempe Indonesia yang berada di Bogor, Jawa Barat didirikan guna merespon permintaan pasar akan makanan olahan tempe yang terus meningkat.

Di rumah tempe Indonesia ini, standar pembuatan tempe dibuat lebih berkelas, higienis dengan bahan baku pilihan dan berorentasi ekspor. Semua bahan dasar diseleksi secara ketat, mulai dari pemilihan bahan baku kedelai, sampai tahap pengemasannya pun menggunakan plastik higienis. Plastik digunakan agar proses peragian atau permentasi jauh lebih cepat. Prosesnya juga terbantu menggunakan ruang kedap udara dengan suhu 30 derajat Celcius.


Meningkatkan tempe ke level yang lebih tinggi menjadi salah satu tujuan para perajin tahu tempe Indonesia, agar tempe yang awalnya digemari masyarakat kelas bawah dan dikenal sebagai makanan murah, kini bisa merambah dan diminati kalangan menengah atas. Standar internasional yang dipakai pun menjadi pendongkrak bahwa tempe asal Indonesia buatan rumah tempe indonesia bisa go internasional meramaikan pasar kuliner dunia.


Rumah Tempe Indonesia

Rumah Tempe Indonesia diresmikan pada 6 Juni 2012, di Bogor yang dibentuk oleh Koperasi Pengrajin Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kab. Bogor, Mercy Corps dan Forum Tempe Indonesia.

Selain memproduksi tempe yang higienis dan ramah lingkungan, RTI juga akan menjadi pusat belajar bagi pengrajin tempe yang lain. Sehingga memungkinkan percepatan adopsi dan replikasi teknologi dan menjadikan industri tempe di Indonesia berdaya saing internasional.

Rumah Tempe Indonesia mempergunakan peralatan produksi yang lebih modern. Hampir seluruh peralatan yang digunakan menggunakan bahan stainless steel dengan standar food grade. Misalnya seperti tempat mencuci dan merebus kedelai, termasuk papan yang digunakan untuk proses fregmentasi tempe, peralatannya jauh lebih modern. Pabrik ini diklaim ramah lingkungan, karena menggunakan gas elpiji untuk mengurangi dampak polusi, berbeda dengan penggunaan kayu bakar yang masih digunakan untuk pengolahan tempe tradisional.

Jika biasanya pabrik tempe menyisakan limbah yang berdampak dan dapat mencemari lingkungan, di rumah tempe Indonesia hal itu justru tidak terjadi, karena tidak satupun limbah yang terbuang. Limbah dimanfaatkan lagi dengan menggunakan teknologi reaktor biogas yang dapat mengubah limbah menjadi sumber energi rumah tangga.



Tempe Dimata Dunia

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.

Tempe mulai dikenal di Eropa melalui orang-orang Belanda. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia.

Sementara itu, tempe populer di AS setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe.

Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926, tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983.

Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di AS, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.

Berbagai penelitian dilakukan di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.

Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

0 komentar:

Post a Comment